Pages

For Those Who Found Someone to Share Silence With

Jadi sebenernya jam 8an tadi gue buka laptop dan mencoba menulis skin care routine gue karena gue bertekad untuk mengurangi post yang menye menye just because I kinda sad looking at myself and it clearly potrayed certain images which probably I am not (or am I?)

Tapi akhirnya tadi jam 9 gue nyerah, karena terdistraksi handphone yang berujung akhirnya gue youtube-an. Akhirnya berhubung besok gue berencana untuk pergi pagi-pagi, jadilah gue menutup laptop untuk segera pergi ke alam mimpi.

Entah kenapa, gue juga lupa banget barusan abis mikir apa. Tapi tiba-tiba gue mikir...

Pernah ga sih lo ketemu orang yang get your silence and easily blend with it?

Susah juga ngebahasa Indonesia-in... Udah di-Inggris-in aja gue yakin pasti banyak yang ga ngerti.
Hmm... Gimana yah?

Pernah ga sih kalian ketemu orang yang bisa kalian ajak diem berjam-jam tapi dia bisa mengerti arti kediaman itu dab speak through the silence?

Buset makin ngawang aja omongan gue. Gimana speak kalo lagi silence dah..

Ketemu orang yang bisa diajak ngobrolin apa aja, kata gue mah gampang. Tapi ketemu orang yang ngerti sama diem kalian? Mungkin kalian ga ngerti karena belum pernah ngalamin. Unfortunately, I have.

Kenapa gue bilang unfortunate? Percayalah, saat kalian menemukan orang itu, s/he is the best chance to be the person you wanna spend your friggin whole life with. Unfortunate buat gue karena, I once found him, tapi sepertinya semesta tempat kami tinggal ini tidak mengijinkan kami untuk bersatu.
Gue bukan orang yang percaya sama alternate universe, tapi gue berharap, di semesta paralel itu, atau yang menurut kepercayaan gue, di kehidupan selanjutnya jalan kami ga cuma berpapasan, tapi bisa menjadi satu.

Sebagai hopeless romantic, typical dream daily date gue itu ya simple: pergi ke coffeeshop sambil baca buku. Mungkin kalian bakal bilang, "kalo kaya gitu mah lebih enak sendiri!"
At first, iya. By the time you've done it the zillionth time, you'll feel lonely eventually. Pada akhirnya gue ngerasa butuh ada seseorang yang gue sayang buat menemani gue melakukan apa yang gue suka. Ga masalah kalo nantinya gue mesti nemenin dia nonton bola yang-eventhough I'm pretty boyish, tapi it's the only boy thing yang gue sama sekali ga suka. I won't pretend I'll like it either. But believe me, I'll be next to you the entire game.

I just like the idea doing our favorite things together.

Being with somebody doesn't mean you have to exactly be like them, right? Kalo mau yang sama, kenapa gak pacaran sama diri sendiri aja?

Gue pernah ketemu 2 cowo yang mau nemenin ke coffeeshop. Satu orang (katakanlah gue geer abis) suka sama gue tapi gue dengan clear menunjukkan hal yang sebaliknya. Dia mau nemenin gue ke coffeeshop dan memaksa beli kopi padahal gue tau, dia gak suka kopi. Dia mau nungguin gue baca novel tapi sambil diliatin. Lah kan gue risih (harusnya romantis sih, but dohmer-dabler theory much eh?). Lagian gue juga tau, kalo gue ga bawa novel, kita ga bakal ngobrol. Bisa sih, but at some point, the convo will end with me being angry with something that he said. Really. Being with him was the unhealtiest so-called-relationship that I've ever had!

Satu lagi kebalikannya. Gue ga pernah nyoba bawa novel sih kalo pergi sama dia. Simply because I know, 8-9 hours will passed with us talking about pretty much anything. Nongkrong sampe mas/mbanya matiin lampu? Udah biasa! Kadang gue pengen juga gitu, ngopi sambil baca novel tapi disaat gue udah bosen, gue ngobrol sama dia. Atau disaat gue punya sudden thought tentang isi novelnya, gue bisa langsung share ke dia. Tapi ga bisa, waktu buat ngobrol aja tuh ga cukup kalo sama orang ini. Sekalian juga mau ngetes, ada ga sih orang yang gue bisa nyaman diem-dieman selain sama "dia"?

Well... Should I even mentioned his name?

He is the love of my life. Sepertinya akhir akhir ini alam bawah sadar gue sering banget mikirin dia. Kapan hari kayanya gue mimpiin dia, tapi ga tau juga sih. The kind of dream that you forgot one second it ends. Sebelum upload foto juga gue keinget foto terakhir yang dia upload beserta captionnya. Kaya....recently I've been missing him without I even know.

Anyway, dia itu dulu bisa nemenin gue belajar mtk selama berjam-jam tanpa protes. Dia juga bisa nemenin gue ngobrol berjam-jam. Dia udah tau setiap jam 9 malam gue ga bakal bisa diganggu karena lagi nonton Hannah Montana. Dia bisa duduk disebelah gue nungguin gue baca novel biarpun ga diwaro (which he knows the best kalo gue udah baca novem beuuuh, gempa juga ga kerasa). And....I know this is shoo cheesy....tapi gue tau kok dengan ngeliat mata gue aja dia bisa tau gue lagi kenapa. Vice versa.

Sekarang coba kasi tau gue, gimana caranya move on dari jenis yang begini...

Dia itu pretty much the reason I did everything on my life. Gue rajin belajar biar ga kalah sama dia. Gue sempat ga mau potong rambut bertahun-tahun karena dia suka cewe yang rambutnya panjang. (Don't get me started with diet) (fun fact: gue pernah kurus pas lagi pacaran sama dia-kelas 8-9 gitu). Gue masuk Forsma dan akhirnya ga masuk Unpad karena pengen jauh dari dia. Setiap hal yang gue lakuin bakal berujung ke pertanyaan yang sama:

"Dia bangga gak ya sama gue?"

Might be funny, or ridiculus, your call. Tapi gue lebih peduli pikiran dia daripada ortu gue....? I know it sounds dumb, shallow, pathetic, etc etc. But I've gained my parent's love already, right? Besides, I know they will be proud of me despite everythingđź’•

Gue juga ga ngerti. Kadang gue ngerasa udah move on, kadang gue menemukan diri gue tiba-tiba keinget sama dia. Parahnya, belakangan gue sering halu menghayal gimana kalo akhirnya dia kembali. Bisakah gue maafin dia? Bisakah gue bertahan untuk tidak menerima dia kembali?

Kadang gue sebel. Disaat orang seumur gue dulu masih main bekel, gue udah jatuh cinta. Bukan cinta monyet jing, cinta beneran yang ga bisa move on bahkan sampe udah mau lulus kuliah. Kelar banget gak sih idup gue?

Nama dia sebenernya udah gak pernah lagi ada di doa gue selama setahun lebih belakangan. Tapi malam ini gue mau berdoa buat dia; semoga urusan skripsinya lancar dan bisa menjadi parent's pride biarpun gue tau he already has, semoga dia sehat dan selamat di rantauan sana, semoga dia bisa move on dari si itu-walaupun ga kembali sama gue juga, tapi yang penting dia bahagia.

Disaat gue tadi nanya, have you ever found someone who can understand your silence?
Percayalah, gue harap kalian segera menemukan dan disaat kalian ketemu...




Don't ever let go.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com