Pages

How Things are Doing in The Feeling Department

Aku tau sih ini post nantinya bakal jadi postingan yang super baper...but what the hell. I need to clear things out of my head.

Semenjak awal minggu ini, aku jadi emosional AF. Not temper-kind of emotional, tapi lebih ke more sensitive one?.... I don't know. Mungkin karena kuliah yang straight 8 to 5 everyday, tugas yang menumpuk (tapi tetep ngeblog), kelas yang seminggu ini AC-nya mati (untung gue kuliahnya gratis #pamerterselubung #gratisanandproud), atau simply because aku mulai nge-cut makan dan it affects my mood? I don't know.... But what I know for sure is I got emotional waaaay easier than I usually do.

First thing first. I've been not thinking about you-know-who for God knows how long. Tapi akhir-akhir ini aku sering dengerin lagunya Adele yang All I Ask dan selalu mikir di bagian "what if I never love again?".....what if I could never love someone as much as I loved him? what if I could never found someone worthy? or worse, what if he actually the one, that he actually remembers our promise, that he only do this so we both could fully focused on our study rather than trapped into relationship drama, that he actually do this to see whether I cling to our promises or not? 3 years from the age that we promised we will get back together, what if 3 years from now he come back and said sorry? could I ever forgive him? could I ever trust him after that?

but then my conscious self answer....what if he's not? what if he just never into you that much?

well I guess I am just a fool then. I've been treated inappropriate for like....7 years and now I am thinking about back to where this was started? uh-oh.

Second. Of course, aku belum bisa move on dari D. But don't judge me, that is a different case from the case above. It just....I feel bad. I feel that I am such a jerk to him. No one could understand why I still hold onto him. Pernah gak sih kamu ngerasa unloved for such a long time sampai pada akhirnya kamu percaya kalau memang gak akan ada orang yang bisa mengerti kamu. Salahnya, dia datang disaat seperti itu. Tau gak apa yang aku lakukan? I pushed him away. Aku selalu merasa kalau dia itu cuma "persinggahan". Aku tau, karena kita memiliki keyakinan yang berbeda, kita gak akan pernah bisa sama-sama. Aku masih terlalu naif, aku cuma cewek umur 17 tahun yang bodoh saat itu. Aku memperlakukan dia seenaknya, yang sebenernya pada awal hubungan kami, dia sangaaaaat sabar. Kita sering berantem, itu jelas. Deep down I believe, itu cuma karena aku selalu mencari celah buat bilang "this relationship will never work". Ternyata bener, omongan itu adalah doa.

Mungkin orang-orang kira aku gak bisa move on karena dia ganteng, gaul, kaya, and sparkling shit like that. Tapi enggak. Dia itu....sayang sama aku disaat aku bahkan ga bisa sayang sama diriku sendiri. Dia tau porsi yang pas buat romantis without seems sappy at all. Dia selalu berusaha membuat aku percaya kalo aku worth more, tapi aku selalu menolak untuk percaya. Man, panggilan sayangnya buat aku aja "item" tapi itu tuh sama sekali nggak bikin aku ngerasa worthless. Gimana mau ngerasa worthless kalo dia bilangnya selalu pake lope-lope di udara? (oke ini komik banget). Dia gak pernah protes mau aku gendutan, dia juga gak jejeritan seneng kalo aku kurusan. Tau gak sih buat orang yang kadar insecurenya setinggi aku, hal itu tuh penting banget. Bahkan dia yang kaya gitu aja masih bikin aku ngerasa insecure karena ngerasa gak pantes buat jadi pacarnya. In summation, he can do a lot better than me then why should he settle for me? Simple. Because he loved me. And I realize it a little too late.

Kalian tau gak sih jaman sekarang susah sekali buat nemu cowok yang bisa appreciate your flaws? Atau cuma cowok-cowok disekitarku aja yang gak bisa treat a girl hahahha ha ha ha *ketawasepet*. As I am typing now, someone just told me "makanya kurus dulu" after I said that I want to be as tall as Blake Lively. Aku secara jelas bilang pengen SETINGGI Blake Lively, bukan SECANTIK dia. Like totally dude, I am feeling like crap already. Do you really have to pointed it out like that? Siapa sih yang pengen keliatan gendut? Salahku kah karena terlahir dengan tulang besar dan proporsi tubuh yang besar? Believe me guys, even when I am thin, I still look big. FYI, I hate that even more than you guys.

Which brings us to the next problem....

Jadi, sebenernya aku ada suka sama seseorang. Well, I actually didn't like him at first but then I was thinking, "let's give this guy a shot." and I opened up, then I like him-or at least what he does can easily affect my mood. Long story short, people who knows us both didn't really like the idea of me falling for him. One says that he's just a regular player and he just messing out with me while the other says that he's too childish for me. I wouldn't argue with them. Tapi mereka ga mengerti gimana leganya aku bisa dekat sama orang yang seagama, satu visi on some point sama aku, SATU DAERAH SAMA AKU (this is totally pointless), dan bisa bikin aku ketawa. Cuma itu kok. Dia sering mendem chat aku, yang bikin aku selalu wondering, "am I not interested enough? is he really texting other girl like they said?" stuffs like that. Dia egois dan keras kepala, yang membuat aku mengalah waaaaay more than I've ever done with anybody else. Aku selalu jadi pihak yang egois dan dominan dalam hubugan dan sekarang aku selalu mengalah. Sebenernya aku berterima kasih untuk ini, karena dia telah mendewasakan aku somehow :)) Tapi our little talk, our phone calls, our short message....he sure knows how to put a smile on my face.

Lalu kemarin.....dia bilang aku gendut. Ya, sesimpel itu. Cuma butuh satu kalimat and I am done with him. Bukan berarti dia sebelumnya ga pernah bilang aku gendut, cuma kemarin itu aku bener-bener fed up. Aku mikir, "okay udah cukup sampe disini aja deh kayanya. I am cutting out people who make me feel less that I should be" Is that the right thing to do? Maybe yes, maybe not. Mungkin iya, kalau aku mengikuti kata hati dan "default" dari behavioral-manual ku, Mungkin tidak, my mom would be sad :p but she'll understand. Sebenernya aku cukup lega karena ada seseorang yang bilang sama aku kaya gini pas aku cerita gimana aku selalu berusaha membuat dia senang, "Kalo udah sama cowo yang disuka mah ga jadi diri sendiri juga gapapa ya asal dia seneng". So yeah people, I am back being me!

Bohong kalau aku bilang aku gak kehilangan. This moment I wondering what he's doing. Apa dia ikut mekemit? Tadi dia puasa gak? Minggu depan dia masih ada kuliah pengganti atau engga? Kemarin dia ketemu orang gila deket kontrakannya gak? Little things like that.... I miss sharing daily stories with him :))

Last thing, aku ngerasa orang-orang di sebuah organisasi yang aku ikuti sangat negatif. Seringkali mereka membuat aku merasa rendah diri. Apakah dengan membuat orang lain merasa lebih rendah lalu mereka akan merasa lebih tinggi? Begitukah cara mereka? Aku gak tau ya. Susah sekali buat merasa positif saat kamu tau bahwa mereka menilaimu sebagai orang yang lebih rendah dan negatif. Mereka tau gak sih kalau kadang mereka cuma melihat apa yang aku ingin perlihatkan kepada mereka? Mereka tau gak sih kalau hubunganku dengan Tuhan itu merupakan hubungan yang sangat personal dan mereka gak boleh menjudge aku ini-itu kalau mereka gak tau kebenarannya? Okelah aku memang bukan tipe orang yang sembahyang 3 kali sehari, aku juga bukan orang yang gak pernah melakukan kesalahan..tapi aku juga bukan pendosa, guys.

So yeah, that was pretty much how things are doing in the feeling department. A bit messy, I guess, even though this is not my period time. Sure I would figure things out-maybe after doing SIA, AKM, Cost, Makro, and PPKN assignment?






huge hugs and wet kisses-



Sandya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

copyright © . all rights reserved. designed by Color and Code

grid layout coding by helpblogger.com